Meutiaranews.co – Ada banyak sosok yang berperan penting di balik raihan kemerdekaan di Tanah Air. Salah satunya adalah para tokoh Muslimah pejuang kemerdekaan.

Peran mereka sangat penting memproklamasikan hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Para tokoh Muslimah ini tidak takut berjuang melawan penjajah.

Siapa sajakah mereka? Berikut ini beberapa di antaranya dikutip dari Okezone.com.

  1. Siti Walidah

Siti Walidah merupakan merupakan istri dari KH Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah. Sejak Muhammadiyah berdiri, perempuan kelahiran 3 Januari 1872 ini membantu perjuangan sang suami melalui perannya mengusahakan pendidikan.

Dia mengadakan pengajian para wanita yang berada di Kauman, Lempuyangan, Karangkajen, hingga Pakualaman. Dia juga mengajar agama, menulis, serta membaca.

Atas jasanya yang telah dilakukan, Siti Walidah diangkat menjadi pahlawan nasional pada 22 September 1971.

  1. Laksamana Malahayati

Keumalahayati atau yang lebih dikenal Laksamana Malahayati adalah panglima perang perempuan pertama di dunia dari Kesultanan Aceh. Dia sangat gigih melawan Belanda serta Portugis yang saat itu menduduki Aceh. Kiprahnya dimulai ketika membentuk pasukan laskar Inong Balee.

Dia juga membangun benteng bersama pasukannya yang diberi nama Benteng Inong Balee. Pemimpin laskar Inong Balee ini disegani musuh. Laksamana Malahayati juga turut bertempur di garis depan melawan pasukan Portugis serta Belanda yang ingin menguasai jalur laut Selat Malaka.

Atas perjuangan yang telah dilakukannya, Laksamana Malahayati mendapat gelar pahlawan nasional pada 6 November 2017.

  1. Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien dikenal karena ketangguhannya ketika memimpin pasukan melawan Belanda di Perang Aceh. Perempuan kelahiran 1848 ini bersama sang suami Teuku Ibrahim Lamnga berada di garis depan untuk melawan Belanda. Nahas, suaminya tewas dalam pertempuran.

Namun, hal tersebut tidak membuat Cut Nyak Dien menyerah. Cut Nyak Dien bersama Teuku Umar yang merupakan suami keduanya kembali melawan Belanda.

Teuku Umar tewas ketika perang. Cut Nyak Dien pun ditangkap Belanda dan dibawa ke Banda Aceh. Pada 6 November 1908, Cut Nyak Dien meninggal dunia. Atas kegigihannya, dia mendapat gelar pahlawan nasional pada 2 Mei 1964.

  1. Cut Meutia

Cut Meutia bersama sang suami Teuku Cik Tunon berusaha mengusir Belanda. Saat itu Belanda menduduki Aceh. Teuku Cik Tunon tewas di medan pertempuran.

Kemudian, perjuangan Cut Meutia melawan Belanda berlanjut bersama suami keduanya yaitu Pang Nanggroe. Qadarallah, sang suami wafat akibat serangan yang dilancarkan oleh Belanda.

Cut Meutia tetap berjuang bersama pasukannya hingga wafat. Atas jasa yang telah dilakukan, Cut Nyak Meutia mendapat gelar pahlawan nasional dari pemerintah pada tahun 1964. (es)

#Menuju Perusahaan Pers yang Sehat dan Profesional

By Dika

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *