MeutiaraNews.co – Bagi umat muslim, amalan sunnah memang tidak bersifat wajib sehingga jika ditinggalkan kita juga tidak mendapat dosa. Tetapi, jika dilakukan maka akan banyak kebaikan yang didapatkan.
Oleh karena itu, sunnah sangat dianjurkan untuk diamalkan. Sunnah juga didasarkan pada perkataan, perbuatan, hingga sikap dan kebiasaan Rasulullah SAW.
Sunnah Sebelum Sholat Idul Adha
Nah menjelang Hari Raya Idul Adha 1445 H nanti, banyak amalan sunnah yang bisa kita lakukan untuk mendapat kebaikan dan keberkahan agar ibadah kita bisa maksimal.
Berikut dalah hal-hal yang disunnahkan disunnahkan sebelum melakukan sholat Idul Adha:
- Tidak Makan Sebelum Sholat Id
Tidak makan sebelum sholat Idul Adha memang tidak dianjurkan kecuali setelahnya. Seperti yang didasarkan pada hadits berikut:
“Nabi tidak keluar menuju lapangan di hari Idul Fitri hingga beliau makan dulu. Dan beliau tidak makan di hari Idul Adha hingga beliau melaksanakan Sholat”. (HR. Tirmidzi).
Adapun melansir dari detikNews (10/6/2024), makanan yang disunnahkan setelah sholat Idul Adha adalah daging kurban. Sesuai dengan hadis riwayat Buraidah:
“Dari Buraidah berkata: ‘Nabi Muhammad SAW tidak berangkat pagi pada hari raya Idul Fitri kecuali makan terlebih dahulu, dan tidak makan pada hari Idul Adha kecuali setelah pulang, kemudian makan hasil penyembelihannnya.'” (HR. Ahmad).
- Mandi
Mandi sebelum sholat Idul Adha juga termasuk sunnah. Selain mendapat keberkahan, badan juga bersih dari kotoran dan najis sehingga kita lebih siap saat akan sholat Ied.
Amalan sunnah ini didasarkan pada riwayat Ibnu Majah, sahabat Al Faqih bin Sa’ad RA yang berkata, “Rasulullah SAW biasa mandi pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.”
Mengutip dari NU Online (10/6/2024), mandi Idul Adha pun tidak hanya dianjurkan bagi umat muslim yang hendak melakukan sholat, tetapi juga bagi perempuan yang sedang haid atau nifas, atau halangan lainnya.
- Memakai Pakaian Terbaik dan Wangi
Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk memakai pakaian terbaik dan wewangian sebelum sholat id. Mengutip dari Kemenag Kepri (10/6/2024) disebutkan dalam hadits riwayat Al Hakim, dari Al Hasan bin Ali Radhiyallahu’anhu, cucu beliau berkata, “Rasulullah SAW menyuruh kami agar memakai pakaian terbaik dan wewangian terbaik yang kamu miliki pada dua hari raya.” (HR Al-Hakim)
Adapun hadits yang menjelaskan sebagaimana Rasulullah memakai pakaian terbaik pada hari raya dan hari Jumat.
“Rasulullah SAW mempunyai jubah sangat bagus yang selalu beliau pakai pada dua hari raya dan hari Jumat.” (HR Ibnu Abdil Bar dan Ibnu Khuzaimah).
- Berangkat dan Pulang dari Tempat Sholat dengan Jalan Berbeda
Walaupun kelihatannya sepele, ini merupakan amalan yang dilakukan Rasulullah ketika sholat id. Ini didasarkan pada salah satu hadits yang disampaikan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.
“Apabila Nabi Muhammad SAW pergi sholat Id (Hari Raya), ketika pulang, Beliau menempuh jalan yang berlainan dengan jalan yang Beliau lalui ketika pergi.” (HR Ibnu Majah)
Alasan Rasulullah SAW melakukan hal demikian adalah supaya sedekahnya merata, daripada hanya melalui satu jalan. Adapun yang mengatakan bahwa melihat wajah Rasulullah SAW merupakan sebuah rahmat dan kebahagian tersendiri.
Sehingga agar tidak menimbulkan cemburu satu sama lain, Rasulullah SAW pulang dan berangkat sholat id pada jalan yang berbeda.
- Menghidupkan Malam Idul Adha dengan Beribadah
Menghidupkan malam hari raya baik Idul Fitri atau Idul Adha merupakan sunnah yang dianjurkan Rasulullah. Salah satu tradisi masyarakat Indonesia yang berkaitan dengan hal tersebut mungkin adalah takbir keliling.
Walaupun hukumnya mubah (sesuatu yang tidak dilarang untuk dikerjakan) mungkin hal tersebut juga bisa menjadi ibadah. Pasalnya, kita juga memperbanyak takbir di malam hari raya.
Lebih bagus lagi, jika kita menghidupkan malam hari raya dengan beribadah. Misalnyam membaca Al-Quran, dzikir, beristighfar, atau berdoa. Ini didasarkan pada hadis berikut:
“Siapa yang menghidupkan malam Idul Fitri dan Idul Adha karena mengharap pahala dari Allah, hatinya tidak akan mati pada hari semua hati itu mati.” (HR. Ibnu Majah, no. 1782)
Walaupun menurut Al-Hafizh Abu Thahir, Al-Bushiri, dan Al-‘Iraqi dalam takhrij Al-Ihya’ mengatakan bahwa sanad hadits tersebut daif alias lemah, Imam Syafi’i tetap menganjurkan untuk menghidupkan malam hari raya dengan beribadah.
Sebab, inti dari hadis tersebut adalah menjelaskan tentang keutamaan sebuah amal, dikerjakan baik, jika tidak juga tidak masalah.
- Berjalan Kaki Menuju Tempat Sholat
Selain melewati jalan yang berbeda, jika tempat sholat id dekat dan mudah dijangkau, lebih baik kamu berangkat dengan jalan kaki. Ini juga merupakan cara Rasulullah SAW untuk menuju masjid saat sholat Idul Fitri.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘id dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang dengan berjalan kaki.” (HR. Ibnu Majah)
- Memperbanyak Takbir
Malam hari raya baik Idul Fitri atau Idul Adha pasti ramai dikumandangkan takbir. Walaupun sama-sama dianjurkan, terdapat perbedaan pada pelaksanaan takbir pada Idul Adha dan Idul Fitri.
Ada dua macam saat Idul Adha yaitu takbir mutlak dan takbir muqayyad (dikerjakan tiap selesai sholat). Untuk takbir yang dikerjakan tiap usai sholat, pelaksanaannya dimulai sejak Subuh Hari Arafah (9 Dzulhijjah) sampai hari Tasyrik terakhir (13 Zulhijah).
Dalam hadits dari Abdullah bin Umar RA, Rasulullah juga menganjurkan untuk memperbanyak bacaan takbir, tahlil, dan tahmid di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
“Tiada hari yang lebih agung dan amal pada hari-hari tersebut yang lebih disukai oleh Allah melebihi sepuluh hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah). Oleh karena itu, perbanyaklah membaca tahlil, takbir, dan tahmid pada hari itu.” (HR. Ahmad, no. 5446 dan 6154, sahih menurut Ahmad Syakir).
Dikutip dari buku Panduan Shalat Sunnah & Shalat Khusus oleh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahaf Al-Qahthani, bacaan singkat takbiran Idul Adha adalah dengan membaca “Allahu Akbar” sebanyak tiga kali berturut-turut.
Di samping itu, detikers juga dapat mengamalkan lafadz bacaan takbiran Idul Adha yang lebih panjang. Berikut contoh bacaanya:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الِلّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ
Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi katsīrā, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā, lā ilāha illallāhu wa lā na’budu illā iyyāhu mukhlishīna lahud dīna wa law karihal kāfirūn, lā ilāha illallāhu wahdah, shadaqa wa’dah, wa nashara ‘abdah, wa hazamal ahzāba wahdah, lā ilāha illallāhu wallāhu akbar.
Artinya: “Allah Maha Besar, dan segala puji bagi Allah. Maha Suci Allah di waktu pagi dan sore hari. Kami tidak menyembah kecuali hanya kepada-Nya dengan memurnikan beragama karena-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak suka. Tidak ada Tuhan selain Allah semata yang membuktikan janji-Nya, yang menolong hamba-Nya, dan yang mengalahkan sekutu sendirian. Tidak ada Tuhan selain Allah.”
Itu dia sunnah-sunnah sebelum sholat Idul Adha yang bisa dilakukan untuk menambah kebaikan dan keberkahan. Semoga ibadah kita senantiasa diterima Allah SWT. (es)
#Menuju Perusahaan Pers yang Sehat dan Profesional