Meutiaranews.co – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diperkirakan akan mengalami fluktuasi namun berakhir dengan pelemahan pada perdagangan Selasa (27/2/2024), seiring penantian investor terhadap data indeks harga personal consumption expenditure (PCE) AS pekan ini.
Pada perdagangan Senin (26/2/2024), rupiah melemah 0,21% ke Rp15.630 per dolar AS, sedangkan indeks dolar AS juga turun 0,05% ke level 103,88.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyatakan bahwa perhatian saat ini terfokus pada data PCE AS, yang merupakan indikator inflasi The Fed yang akan dirilis akhir pekan ini. Data ini diharapkan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai tingkat inflasi AS setelah data yang sulit untuk Desember dan Januari.
Beberapa pejabat The Fed dijadwalkan memberikan pidato akhir pekan ini dan diperkirakan akan mengulangi prospek bank sentral terkait suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, mempertimbangkan kekhawatiran atas tingginya inflasi.
Selain itu, perhatian minggu ini juga tertuju pada data indeks harga konsumen (CPI) Jepang untuk bulan Januari yang akan dirilis pada hari Selasa. Proyeksi angka tersebut menunjukkan inflasi inti berada dalam kisaran target tahunan Bank of Japan sebesar 2%, memberikan sedikit insentif bagi bank sentral untuk menerapkan kebijakan pengetatan yang agresif.
Dari dalam negeri, fokus pada inflasi terkait kenaikan harga BBM nonsubsidi dan barang pokok. Ibrahim mencatat bahwa meskipun ada kenaikan harga minyak mentah di pasar internasional, dampaknya terutama pada BBM nonsubsidi yang memiliki konsumsi terbatas dalam total keseluruhan.
“Sehingga meskipun ada kenaikan inflasi yang disebabkan oleh harga BBM nonsubsidi, dampaknya tidak akan signifikan,” ujar Ibrahim, seperti dikutip pada Selasa (27/2/2024).
Untuk perdagangan hari ini, Ibrahim memproyeksikan rupiah akan mengalami fluktuasi dan tetap ditutup melemah dalam kisaran Rp15.620-Rp15.670. (es)
#Menuju Perusahaan Pers yang Sehat dan Profesional