Meutiaranews.co – Nilai tukar rupiah terpantau melemah pada pembukaan perdagangan Kamis (19/8/2021) setelah dolar AS menguat merespons hasil notulensi pertemuan kebijakan moneter terbaru Federal Reserve (The Fed).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terdepresiasi 32,5 poin atau 0,23 persen ke Rp14.405 per dolar AS. Di sisi lain Indeks dolar AS juga menguat 0,22 poin atau 0,24 persen ke 93.361.

Secara year to date, mata uang Garuda mengalami pelemahan 2,53 persen di hadapan dolar AS. Adapun, pada pergerakan harian Bloomberg memprediksikan rupiah bergerak di level Rp14.405 – Rp.14.410.

Mengutip Monex Investindo Futures, penguatan dolar AS hari ini dipicu oleh sentimen menguatnya dolar AS pasca perilisan notula rapat FOMC yang beberapa pejabatnya setuju untuk memangkas pembelian obligasi di tahun ini.

Sementara itu, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pergerakan rupiah dipengaruhi sentimen dari dalam dan luar negeri.

Di dalam negeri Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan pada Juli 2021 mengalami surplus sebesar US$2,59 Miliar.

Realisasi itu lebih tinggi dibandingkan surplus pada Juni 2021 sebesar US$1,32 miliar, tetapi masih lebih rendah dari surplus neraca dagang Juli 2020 yakni US$3,26 miliar.

“Selain itu, pelaku pasar merespon positif Pidato Nota Keuangan yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo mengenai APBN 2022 yang dirancang antisipatif, responsif, dan fleksibel sebagai instrumen pemulihan ekonomi dan menghadapi berbagai ketidakpastian ke depan,” tulis Ibrahim dalam riset harian, Rabu 18 Agustus 2021.

Ibrahim juga menyebutkan bahwa pemerintah berhati-hati terhadap risiko ketidakpastian meski perekonomian diprediksi akan membaik pada 2022 yang tercermin dari kebijakan fiskal 2022 yang countercyclical untuk mendorong kesiapan sistem kesehatan, pemulihan ekonomi masyarakat dan melanjutkan reformasi struktural.

Ditambah dengan agenda reformasi struktural untuk peningkatan produktivitas, daya saing investasi dan ekspor, penciptaan lapangan kerja yang berkualitas dan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan terus dilakukan.

Melalui pertimbangan tersebut, Ibrahim mengungkapkan asumsi pertumbuhan ekonomi pada APBN 2022 ditargetkan pada kisaran 5,0 persen – 5,5 persen.

Sedangkan dari luar negeri Ibrahim menyebutkan investor saat ini mencari risalah dari pertemuan terbaru Federal Reserve AS.

The Fed juga akan mengadakan simposium Jackson Hole di minggu berikutnya, yang disebutkan Ibrahim dapat memberikan lebih banyak petunjuk, terutama karena banyak pelaku pasar mengharapkan bank sentral mengumumkan rencana untuk mengurangi pembelian obligasi baik pada pertemuan kebijakan September atau November.

Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah pada Kamisl, Kamis, 19 Agustus 2012, akan ditutup menguat dan dibuka berfluktuatif di rentang Rp14.360 – Rp14.390.

#Menuju Perusahaan Pers yang Sehat dan Profesional

By Dika