Meutiaranews.co – Mahesa Arba (50) dengan bangga memamerkan banyak medali. Capaian yang sangat luar biasa. “Alhamdulillah,” ujar Manajer Timnas Jujitsu Indonesia ini, berucap syukur. Di hari terakhir event akbar, Grand Prix Thailand Open 2022, world rangking, tim asuhannya berhasil mengumpulkan 13 medali. “Terimakasih atas perjuangan kalian semua,” ujarnya memuji atlet, pelatih dan official yang terlibat dalam kejuaraan yang digelar di Rangsit University, Bangkok, 17-19 Juni lalu itu.
Raihan ini tentu saja diawali dengan rasa percaya diri yang tinggi sebelum keberangkatan. Mahesa menyadari, diikuti oleh 13 negara, atlet yang turun dalam pertandingan ini merupakan atlet yang sudah kenyang dengan jam terbang dan prestasi. Pun begitu, Mahesa optimis, perkembangan jujitsu di Indonesia bisa disejajarkan dengan negara-negara peserta lainnya yang terdiri dari: Thailand, Korea Selatan, Singapura, Saudi Arabia, USA, Palestina, Philipina, Kazakhstan, Lebanon, Mongolia, India dan Kamboja. “Hasil akhir, kita, Indonesia berada di posisi ke lima,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Wakil Sekjen Pengurus Besar Jujitsu Indonesia (PBJI) ini.
Langkah manis raihan medali itu diawali oleh penampilan Nazwah Dzakira Putri Arba. Atlet putri U18 ini tampil memukau hingga babak final. Mimpi Zwah meraih emas akhirnya tersandung oleh keunggulan atlet Thailand. Zwah harus puas dikalungi medali perak.
Sorak pendukung Timnas Jujitsu Indonesia, pada hari pertama itu juga pecah dengan penampilan atlet Newaza 56 Kg putra. Ryan M Fahrizal, atlet dari Batam ini sudah bertekat untuk menyumbang medali untuk Indonesia. Di babak penyisihan grup, Ryan berhasil mengunci atlet Thailand dengan teknik Bow and Arrow Choke. Teknik mencekik dengan lapel gi ini membuat lawannya menyerah. Untuk lolos babak penyisihan itu, langkah Ryan tak mulus. Ryan harus tertatih kala menghadapi atlet lainnya. Bahkan, ia sempat cidera. Lolos dari pool penyisihan, di semi final Ryan bertemu dengan atlet kuat dari Saudi Arabia. Atlet Indonesia Spider Jujitsu (ISJ) Batam ini kalah angka untuk memperebutkan tiket final. Ryan harus puas dengan raihan perunggu. “Ini debut saya untuk ajang internasional. Next, saya janji akan tampil lebih baik lagi,” kata siswa Kenacha Martial Arts Academy Batam ini.
Selama tiga hari pergelaran, Tim Indonesia total mengumpulkan sebanyak 13 medali dengan rincian: 1 emas, 3 perak dan 9 perunggu. Medali emas diraih oleh atlet kategori Fighting System Putri kelas 63 Kg, Desyana Maharani. Untuk medali perak diraih oleh Nazwah Dzakira Putri Arba, Rosa Amalia dan Lucky Sumitro. Sedangkan 9 atlet peraih perunggu adalah, Ryan M Fahrizal, Deva Bagus Setyo, Fajar Adhitya Manthey, Willy, Ilma Yeni Megawati, Desyana Maharani, M Irfan Fauzi, Garth Wisnu Wardana dan Irfan. Mereka turun di kelas dan kategori yang berbeda.
Mahesa menyebut, total atlet yang berangkat sebanyak 22 orang. Sebanyak 15 atlet bertanding di kategori newaza, sisanya di fighting system. “Semoga capaian ini menjadi motivasi kita untuk terus berprestasi pada ajang-ajang berikutnya,” kata Mahesa yang juga merupakan pendiri Indonesia Spider Jujitsu (ISJ) ini. Selain didampingi oleh Mahesa, tim juga didampingi langsung oleh Ketua Umum PBJI Laksda TNI (Purn) Desi Albert Mamahit.
Sementara itu, sehari sepulang dari Thailand, Ryan langsung menjalani rutinitas latihannya. Ia tak ingin terlena dengan capaian prestasinya itu. Ryan menyebut, dalam waktu dekat ini, ia juga akan memperkuat Tim Jujitsu Batam pada ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Kepri yang akan digelar di Bintan. “Tentu saja target saya adalah medali emas,” sebut atlet peraih perunggu pada PON XX Papua 2021 lalu ini. Setelah itu, ia akan fokus menatap PON Sumut-Aceh 2024.
Rozi Juhendra, Pelatih Ryan, menyebut, Batam punya banyak bibit atlet. “Sayangnya, perhatian Pemda kita, khususnya KONI sangat kurang,” kata pria yang akrab disapa Oji ini. Ketua Umum PBJI Kepri ini berharap, KONI harusnya melakukan pembinaan pada atlet-atlet muda ini. Tujuannya agar saat ajang multievent setingkat nasional, Kepri bisa memperbaiki peringkat. “Bisa dilihat, setiap kali PON, Kepri ada di urutan ke berapa. Ini menandakan bahwa cabor di Kepri ini tidak dibina dengan baik oleh KONI,” sebut Pelatih Kepala Indonesia Spider Jujitsu (ISJ) Kepri ini.
Lantas kenapa atlet ISJ bisa berprestasi hingga tingkat internasional? Oji menyebut, selama ini pembinaan dilakukan secara mandiri. Berawal dari hobi, kata Oji, ia merenovasi rumahnya untuk dijadikan dojo atau tempat latihan. “Rumah saya tak luas. Hanya tipe 36. Karena hobi dan mencintai cabor beladiri jujitsu ini, sebagian rumah saya, saya renovasi jadi dojo,” ujarnya. Diberi nama Kenacha Martial Arts Academy, atlet-atlet binaan Oji sudah banyak berprestasi di ajang setingkat kota, provinsi, nasional bahkan internasional. “Tidak hanya cabor jujitsu aja, ketika ada kejuaraan-kejuaraan terbuka yang digelar cabor lain, kami pasti berpartisipasi untuk ikut,” ujar Oji. Hasilnya? Sangat memuaskan. Beberapa orang atlet binaannya, seperti Ryan, Danang, dan Dika berhasil jadi juara. (es/*)
#Menuju Perusahaan Pers yang Sehat dan Profesional