Meutiaranews.co – Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mendeteksi 36 kasus tambahan cacar monyet di Inggris. Penambahan 36 kasus ini membuat total jumlah kasus cacar monyet ini menjadi 56 kasus sejak 7 Mei lalu.
Virus ini biasanya tidak menyebar dengan mudah di antara orang-orang, tetapi dapat ditularkan melalui kontak orang-ke-orang yang dekat atau kontak dengan barang-barang yang digunakan oleh orang yang menderita cacar monyet, seperti pakaian, tempat tidur, atau peralatan makan.
“Di samping laporan kasus lebih lanjut yang diidentifikasi di negara lain secara global, kami terus mengidentifikasi kasus tambahan di Inggris. Terima kasih kepada semua orang yang telah maju untuk menguji dan mendukung upaya pelacakan kontak kami,” ungkap Susan Hopkins, Kepala Penasihat Medis UKHSA.
Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri dan kebanyakan orang sembuh dalam beberapa minggu.
Mengutip laman Gov.uk, orang Inggris yang memiliki ruam atau luka tak biasa di bagian tubuh mana pun, terutama alat kelamin, harus segera menghubungi NHS atau layanan kesehatan seksual setempat.
UKHSA juga menekankan deteksi awal dan peningkatan kewaspadaan pada komunitas gay dan biseksual. Hal ini dilakukan lantaran sebagian besar kasusnya terdeteksi pada pria gay dan biseksual.
“Sebagian besar kasus baru-baru ini di Inggris dan Eropa telah ditemukan pada pria gay dan biseksual, jadi kami secara khusus mendorong pria-pria ini untuk waspada terhadap gejalanya.” kata Hopkins.
Tim perlindungan kesehatan UKHSA menghubungi orang-orang yang dianggap sebagai kontak berisiko tinggi dari kasus yang dikonfirmasi dan menasihati mereka yang telah dinilai risikonya dan tetap sehat untuk mengisolasi di rumah hingga 21 hari.
Anggapan bahwa cacar monyet adalah penyakit gay sangat disayangkan oleh WHO. Organisasi kesehatan dunia ini menyebut bahwa penyakit ini menular lewat interaksi yang dekat. Dalam pernyataannya WHO mengungkapkan bahwa siapa pun yang berinteraksi secara dekat dengan orang yang menular dapat berisiko terkena cacar monyet.
“Ini termasuk petugas kesehatan, anggota rumah tangga dan pasangan seksual,” kata WHO.
“Menstigmatisasi sekelompok orang karena suatu penyakit tidak pernah dapat diterima. Ini dapat menjadi penghalang untuk mengakhiri wabah karena dapat mencegah orang mencari perawatan, dan menyebabkan penyebaran yang tidak terdeteksi.” (es)
#Menuju Perusahaan Pers yang Sehat dan Profesional