Meutiaranews.co – Ketua Tim Peneliti Vaksin Merah Putih Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Fedik Abdul Rantam, menargetkan vaksin buatan anak negeri itu akan selesai uji klinis tiga tahap pada Juni 2022. Jika sesuai rencana, vaksin Merah Putih akan diproduksi massal paling cepat pada Juli 2022.
Sebelum produksi, vaksin buatan Unair dan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia itu harus mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA). “Juni harapanya mendapat EUA dari BPOM dan bulan Juli Agustus sudah bisa produksi masal,” kata Fedik kepada Republika, Senin (21/2).
Fedik menjelaskan, saat ini, tahap uji klinis fase 1 masih berjalan. Target dalam uji fase 1 ini adalah tentang keamanan vaksin. “Alhamdulillah sampai sejauh ini fine-fine (baik-baik) saja, belum ada laporan yang negatif, terutama KIPI-nya,” kata dia.
KIPI adalag akronim dari Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Untuk uji klinis fase 2, direncanakan akan dilakukan pada Maret yang dilanjutkan dengan uji klinis fase 3 pada April.
PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia disebut mampu memproduksi 20 juta dosis vaksin Merah Putih dalam sebulan atau maksimal 240 juta dalam satu tahun. Hal itu, kata Fedik, akan mampu memenuhi rencana Presiden Joko Widodo yang akan menjadikan vaksin Merah Putih sebagai donasi internasional.
“Kita dapat produksi besar, tetapi ingat bahwa kita juga perlu sarana yang mencukupi, maka kita akan produksi setiap bulan terlebih dahulu. Meskipun kita dapat produksi setiap dua pekan sekali, produksi pertama kita akan 20 juta dosis, walau permintaan lebih dari itu,” jelas Fedik.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada Rabu (9/2), mengatakan, vaksin Merah Putih akan digunakan sebagai vaksin booster umum dan vaksinasi primer untuk anak usia 3-6 tahun. Saat ini baru Sinovac dan Pfizer yang bisa digunakan untuk anak usia 3-6 tahun. Bahkan, Pfizer masih dalam tahap uji klinis.
Selain itu, vaksin Merah Putih akan digunakan sebagai bantuan Indonesia untuk dunia. Salah satu negara tujuannya adalah Afrika. Menkes menyebut, Afrika perlu mendapat perhatian lantaran penetrasi distribusi vaksin di dana terlambat.
Budi mengaku, Presiden Jokowi telah setuju menggunakan vaksin Merah Putih sebagai donasi Indonesia untuk negara lain. “Jadi tak hanya dipakai secara lokal (di Indonesia) saja, tapi juga internasional,” ujarnya.
Vaksin Merah Putih juga kini telah mengantongi sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hal itu setelah Lembaga Pengkajian Pangan dan Obat-obatan (LPPOM) MUI dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan serangkaian pengujian.
Ketua MUI Bidang Fatwa, Asrorun Niam mengatakan, fatwa halal vaksin Merah Putih ini ditetapkan pada 7 Februari 2022 dalam rapat pleno Komisi Fatwa. Ia memastikan vaksin dapat digunakan oleh masyarakat luas dan umat Islam karena tidak memiliki kandungan najis dalam proses pengembangan hingga produksinya nanti.
Ketua Satgas Covid-19 MUI Pusat M Azrul Tanjung mengatakan, saat ini sudah ada dua jenis vaksin yang mendapatkan sertifikat halal dari MUI, yaitu Zifivax dan vaksin Merah Putih. Ia meminta pemerintah menggunakan kedua vaksin tersebut untuk booster umat Islam.
“Kita gunakan vaksin booster halal, silakan mau pakai Zifivax boleh, pakai Merah Putih boleh. MUI tidak dalam konteks untuk mengarahkan, tapi dua itulah yang halal,” ujar Azrul, Senin (14/2). (rol)
#Menuju Perusahaan Pers yang Sehat dan Profesional