Meutiaranews.co – Pengusaha tahu menjerit dan mendesak pemerintah segera bertindak untuk menekan kerugian akibat harga kedelai yang semakin meroket.
Gangguan cuaca di sejumlah negara produsen menyebabkan harga kedelai di pasar internasional terus menguat.

Situs Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, harga kedelai lokal di pasar Pasar Minggu, Jakarta pada 9 Januari 2022 adalah Rp13.000 per kg, sama dengan harga sehari sebelumnya. Sementara, kedelai impor dihargai lebih mahal, yakni Rp14.000 per kg, juga tidak berubah dari sehari sebelumnya.

Sedangkan harga nasional untuk kedelai adalah Rp11.861 per kg pada 7 Januari 2022.

Seperti dilansir Reuters (8/1/2022), harga kontrak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) sedikit melandai ke US$14,10 per bushel (1 bushel = 27,21 kg). Jika dengan US$1 adalah Rp14.318, 75, maka sekitar Rp7.419 per kg. Ini belum harga setelah impor masuk Indonesia.

Sebelumnya, harga kedelai sempat ke level tertinggi sejak Juni 2021 di US$14,15 per bushel.

Padahal, per 29 Juni 2021 harga kedelai sempat terkoreksi ke US$13,6 per bushels. Menyusut sekitar 11% jika dibandingkan dengan harga Mei 2021 yang mencapai US$15,31 per bushel.

Bagi perajin tahu di Mojokerto, Jawa Timur, Rp7.000 – 8.000 per kg adalah rentang ideal untuk kedelai yang mereka gunakan. Melampaui itu, memberatkan, bahkan bisa menimbulkan kerugian.

Sementara, harga kedelai di Tanah Air masih terpengaruh kondisi internasional. Sebabnya, menurut Kemendag, hingga 80% kebutuhan kedelai Indonesia masih impor.

Tak heran, begitu cuaca mengganggu produksi di negara produsen seperti Argentina, Indonesia kebagian getahnya.

Belum lagi, harga komoditas nabati lain yang juga bisa digunakan sebagai energi seperti kedelai, melonjak. Akibat efek domino pandemi Covid-19, dimana produksi terganggu sementara permintaan normal bahkan bertambah.

Contohnya, harga minyak sawit yang melonjak dan bikin harga minyak goreng melejit, sampai bikin Presiden Joko Widodo mengeluarkan ultimatum kepada para menterinya.

Ibarat sudah jatuh tertimpaa tangga pula. Begitu nasib pengusaha kecil yang bergantung pada kedelai dan minyak goreng saat ini. Mulai dari perajin tahu sampai pedagang gorengan.

#Menuju Perusahaan Pers yang Sehat dan Profesional

By Dika

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *