MeutiaraNews.co – Jidat hitam atau bekas sujud sering kali dihubungkan dengan tanda kesalehan seseorang dalam Islam. Banyak yang percaya bahwa tanda ini menunjukkan seseorang rajin beribadah dan taat menjalankan salat.

Namun, benarkah itu satu-satunya tanda orang saleh? Pertanyaan ini sering muncul di masyarakat, mengingat tidak semua orang yang rajin beribadah memiliki tanda tersebut. Ditambah juga dengan tren saat ini saat orang-orang berlomba-lomba agar bisa mendapatkan jidat hitam tersebut.

Jidat Hitam dalam Kepercayaan Muslim
Dikutip dari buku Pintu-Pintu Hikmah karya Supriyadi dan buku Fikih Interaktif karya Agus Yusron, tanda hitam di jidat, yang dalam bahasa Arab dikenal sebagai atsar as-sujud, sering dianggap sebagai bukti nyata dari kebiasaan seseorang bersujud dalam salat. Semakin sering seseorang bersujud, semakin jelas tanda hitam tersebut muncul.

Namun, para ulama dan cendekiawan Islam menegaskan bahwa pemahaman ini tidak sepenuhnya akurat. Tidak semua orang yang rajin salat dan bersujud akan memiliki tanda hitam di jidat dan tanda tersebut tidak serta merta menjadi ukuran kekhusyukan atau ketekunan seseorang dalam beribadah.

Salah satu ayat yang kerap dijadikan dasar oleh sebagian umat Islam yang menganggap jidat hitam sebagai bekas sujud adalah surah Al-Fath ayat 29,

سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗ…

Artinya: “…Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud (bercahaya)…”

Para ulama menafsirkan ayat ini secara lebih mendalam. Menurut para ahli tafsir, seperti yang dijelaskan oleh banyak ulama, termasuk Ash-Shawi, tafsir ayat ini tidak merujuk secara literal pada tanda hitam di wajah atau jidat.

“Bukanlah yang dimaksud ayat tersebut adalah sebagaimana perbuatan orang bodoh dan riya, yaitu tanda hitam yang ada di dahi, justru hal tersebut adalah ciri khas khawarij (ahli bid’ah). Dalam sebuah hadits disebutkan sungguh saya benci seseorang yang saya lihat di antara kedua matanya terdapat bekas sujud,” jelas tafsir tersebut.

Penafsiran lebih lanjut datang dari ulama seperti al-Biqa’i yang menjelaskan bahwa jika tanda hitam ini sengaja ditonjolkan, ada kekhawatiran bahwa hal tersebut justru menjadi tanda riya atau kesombongan dalam beribadah.

“Dan tidak disangka bahwa termasuk tanda bekas sujud adalah tanda bekas sujud di jidat yang sengaja dibuat oleh sebagian orang-orang yang riya. Jika demikian maka itu adalah termasuk identitas atau tanda orang khawarij,” jelasnya.

Ada sebuah hadits yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW membenci dan tidak menyukai laki-laki yang memiliki jidat hitam di wajahnya. Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh aku marah dan tidak menyukai seorang laki-laki yang ketika aku melihatnya terdapat bekas sujud di antara kedua matanya.”

Penyebab Jidat Hitam
Dikutip dari sumber sebelumnya, ada banyak faktor yang menyebabkan munculnya tanda hitam di jidat dan salah satu penyebabnya bukan semata-mata karena intensitas ibadah. Sebagian ulama menjelaskan bahwa jidat hitam sering kali muncul karena gesekan yang terus-menerus antara kulit jidat dengan tempat sujud.

Kondisi ini diperburuk apabila seseorang memiliki kulit yang tipis, sehingga area jidat menjadi lebih rentan terbentuknya bekas hitam. Dalam kasus ini, bekas hitam yang muncul bukanlah tanda khusus dari keimanan atau kekhusyukan, melainkan respons alami kulit terhadap gesekan.

Seperti yang dijelaskan oleh Syekh ‘Utsaimin, warna hitam pada jidat lebih terkait dengan kondisi kulit yang tipis. Oleh karena itu, tidak semua orang yang rajin bersujud akan memiliki tanda hitam di jidat, karena hal ini sangat bergantung pada kondisi kulit masing-masing individu.

Bagi mereka yang memiliki kulit lebih tebal atau tidak mudah terpengaruh oleh gesekan, tanda hitam ini mungkin tidak akan terlihat sama sekali. Sebaliknya, bagi yang memiliki kulit tipis, tanda tersebut akan lebih mudah muncul meskipun tidak selalu mencerminkan tingkat kekhusyukan dalam beribadah.

Kelompok Khawarij Suka Tonjolkan Jidat Hitam
Dalam sejarah, kelompok Khawarij disebut gemar menonjolkan jidat hitam sebagai tanda seolah-olah mereka adalah ahli ibadah. Sikap semacam ini harus dihindari, kecuali jika tanda hitam tersebut muncul tanpa sengaja dan tidak bertujuan untuk pamer atau riya, maka hal itu tidak masalah.

Lagi pula, tanda hitam di jidat ini bukan merupakan sunnah, apalagi sebagai bukti bahwa seseorang rajin beribadah.

Penjelasan Sebenarnya tentang Tanda Bekas Sujud
Sebenarnya, tanda bekas sujud yang dimaksud dalam berbagai penjelasan ulama bukanlah tanda fisik berupa jidat hitam, melainkan tanda-tanda yang lebih dalam seperti wajah yang berseri-seri, kelapangan dada, akhlak yang baik, serta perilaku tawaduk dan khusyuk.

Para ulama lain juga sependapat bahwa tanda hitam di jidat tidak menunjukkan kekhusyukan. Seperti yang disampaikan Al-Sadiy, ibadah salat yang benar justru membuat wajah seseorang bersinar.

Pendapat ini juga didukung oleh pandangan para ulama salaf yang mengatakan bahwa seseorang yang rajin mendirikan salat, terutama di malam hari, akan memiliki wajah yang berseri-seri di siang harinya. Dengan demikian, bekas sujud yang sesungguhnya adalah penampilan wajah yang memancarkan kebaikan, yang disertai dengan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. (es)

#Menuju Perusahaan Pers yang Sehat dan Profesional

By IR

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *