MeutiaraNews.co – Wakil Rektor I Universitas Batam (Uniba), Prof. Dr. Ir. Chablullah Wibisono, M.M, mengungkapkan optimisme bahwa bahan baku untuk kebutuhan farmasi dapat dipenuhi dari potensi biota laut di Kepulauan Riau. Hal ini disampaikan dalam kegiatan Pemutakhiran Kurikulum, Evaluasi Visi Misi, serta Kuliah Umum Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Batam.
“Kami sedang memperbaiki kurikulum dan visi misi program studi farmasi, yang saat ini berakreditasi ‘Baik’, agar meningkat menjadi ‘Baik Sekali’ hingga ‘Unggul’,” ujar Prof. Chablullah, Rabu (11/12/2024).
Ia menyoroti bahwa 98% wilayah Kepri terdiri dari laut, sehingga memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai sumber bahan baku farmasi dan kosmetik.
“Saat ini, impor bahan baku farmasi mencapai USD 81 triliun. Banyak bahan farmasi sebenarnya dapat dihasilkan dari biota laut,” tambahnya.
Dukungan Penelitian dan Pengembangan
Menurut Prof. Chablullah, untuk meningkatkan daya saing, Batam tidak hanya mengandalkan industri manufaktur. Pengembangan industri farmasi berbasis bahan baku lokal akan memberikan dampak ekonomi yang signifikan.
“Farmasi memungkinkan kita memiliki material produksi lokal. Namun, semua ini membutuhkan penelitian yang mendalam,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia mendorong akademisi Uniba untuk memulai penelitian dan pengembangan farmasi guna mewujudkan masyarakat yang lebih sehat serta produktif. “Kami optimis potensi bahan baku farmasi dari Kepri akan mencukupi kebutuhan nasional, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada impor,” tegasnya.
Ia juga menyebut bahwa Kepri memiliki delapan potensi ekonomi kelautan (blue economy), termasuk pemanfaatan biota laut untuk farmasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Uniba nantinya akan diserahkan kepada pemerintah sebagai kontribusi pengembangan sektor ini.
Pendampingan dari APT-FI
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Bidang Akademik Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia (APT-FI), Prof. Apt. Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D, menyatakan kesiapan APT-FI untuk mendampingi Uniba dalam meningkatkan akreditasi program studi farmasi.
“Pendampingan ini bertujuan agar Fakultas Ilmu Kesehatan Uniba dapat segera mendirikan program profesi apoteker,” ujarnya. Targetnya, program profesi apoteker ini dapat mulai berjalan pada 2026 setelah mencapai akreditasi unggul sesuai kriteria baru.
Penekanan pada Farmakogenomik
Sementara itu, Wakil Ketua LPPM Uniba, Dr. Ir. Yuanita FD Sidabutar, S.T., M.Si, menambahkan bahwa kegiatan ini juga berfokus pada pengembangan bidang farmakogenomik. “Program studi farmasi telah berdiri sejak 2017. Tujuan kegiatan ini adalah memutakhirkan visi misi serta peta penelitian farmasi untuk tahun 2025–2026,” katanya.
Farmakogenomik, sebagai salah satu bidang keahlian yang sedang dikembangkan, diharapkan menjadi landasan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional.
Universitas Batam terus berkomitmen mendorong kemandirian farmasi Indonesia melalui penelitian, pendidikan, dan pemanfaatan potensi lokal, khususnya di bidang kelautan.
#Menuju Perusahaan Pers yang Sehat dan Profesional